Selamat Datang Di Blog Sederhana Yang Memuat tentang Segala Informasi Mengenai Perkembangan Teknologi Komunikasi | ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG 2015 | Y U L I O | 15711015

Latest News

ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.26, Labuhan Ratu, Kedaton, Kota Bandar Lampung, Lampung Phone:(0721) 773847

Rabu, 23 Maret 2016

RADIO


RADIO

Sebelum berkembang dan majunya dunia teknologi khusunya teknologi informasi, terdapat salah satu teknologi yang merupakan pula salah satu bagian sejarah dari perkembangan semua teknologi komunikasi yang kita nikmati seperti sekarang.
Radio, salah satu teknologi komunikasi tertua yang hingga kini eksistensinya diimbangi dengan perubahan perubahan yang bertujuan untuk tidak tertinggal oleh media komunikasi lainnya seperti televise.
Sebelum tahun 1960an, ketika televise menyedot banyak perhatian khalayak radio siaran, banyak orang memperikrakan bahwa radio siaran berada diambang kematian. Radio adalah media masa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hamper satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan teknologi teknolog komunikasi lainnya.
Jaringan radio siaran dirancang oleh dua atau lebih stasiun radio siaran yang membuat program secara simultan. Anggota stasiun radio disebut affiliates (himpunan) yang dapat menata hubungan secara teknik dan bergabung atau berafiliasi dalam meramu program mereka.
Jaringan radio siaran menggunakan jaringan telepon, tetapi sekarang memakai jaringan maya (cyber). Semua program jaringan ditransmisikan oleh satelit. Adanya perubahan transmisi satelit ini telah membuka pintu pintu sejumlah perusahaan sinndikat radio siaran yang banyak memiliki jaringan, dan memasok program program khusus kepada pelanggan mereka.
Radio lahir di Amerika Serikat dan inggris. Radio siarann sebagai alat komunikasi ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donald McNicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa “terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemu kemajuan radio siaran berikutnya adalah tiga orang cendekiawan muda, diantarannya bernama James Maxwell berkebangsaan inggris oada tahun 1865. Ia mendapat julukan scientific father of wireless , karna berhasil menemukan rumus rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetik, yaknin gelombang yang digunakan radio siaran dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetis telah dibuktikan oleh Heinrich Hertz dengan melalui eksperimennya pada tahun 1884.
Radio Siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa, mula mula diperkenalkan oleh david Sarnoff pada tahun 1915. Lee De Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga ia dianggap sebagai pelopor radio siaran, dan dijuluki the father of radio siaran  atau bapak radio siaran juga yang mula mula menyiarkan berita radio siaran, sedang yang melakukan eksperimen menyiarkan music  ialah Dr. Frank Conrad pada tahun 1919. Mulai 1920 masyarakat amerika serikat telah dapat menikmati radio siaran secara teratur denggan berbagai programnya.
Sejarah Radio Di Indonesia
·         Zaman Belanda
Radio siaran pertama di Indonesia ialah Bataviase Radio Vereninging di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resmi didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah belanda dan masih berstatus swasta.

·         Zaman Jepang
Radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama HOSO KANRI KYOKU, yang merupakan pusat siaran radio di Jakarta.

·         Zaman Kemerdekaan
Proklamasii kemerdekaan oleh bung karno dan bung hatta tidak dapat disiarkan langsung rmelalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa indoneseia dan inggris pukul 19.00 WIB, dan hanya dapat didengar oleh penduduk di sekitar Jakarta. Baru pada tanggal 19 Agustus 1945, naskah abersejarah itu dapat dikumandangkan ke luar batas tanah air dengan risiko petugasnya dibaerondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap, Radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah wakil presiden Moh Hatta dan pemimpin lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 11 september 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 september itu menjadi hari lahirnya Radio Republik Indonesia.

·         Zaman Orde Baru
Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran di tingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “siaran pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional.
Pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan pemerintah No.55 Tahun 1970 Tentang radio siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak, serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun stasiun radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan persatuan radio siaran swasta niaga Indonesia (PRSSNI)

·         Zaman Reformasi
Menurut catatan PRSSNI , hingga tahun 2005, terdapat sekira 900 radio siaran swasta yang menjadi anggota. Namun banyak pula radio siaran swasta yang tidak terdaftar di PRSSNI karena sejak reformasi, radio siaran tidak lagi diwajibkan menjadi anggota PRSSNI radio radio tersebut mempunyai  kewenangan untuk menyiarkan warta berita secara mandiri dengan nama program yang berbeda beda (tidak lagi relai dari RRI).
Catatan penting untuk media elektronik saat ini, regulasi terhadap media tersebut tidak bertumpu pada pemerintah saja, melainkan kepada masyarakat melalui dibentuknya komite penyiaran Indonesia.

Karakteristik Radio Siaran
Sama seperti teknologi komunikasi lainnya, Radio sendiripun memiliki karakteristik tersendiri. Mark W. Hall dalam buku broadcast journalism mengemukakakn bahwa perbedaan mendasar antara media cetak  dengan radio siaran ialah media cetak dibuat untuk konsumsi mata, sedangkan radio siaran untuk konsumsi telinga.
Pada surat kabar dan majalah, komunikan hanya dapat melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, komunikan hanya mendengar, pada televisi dan film ,komunikan dapat melihat dan mendengar. Perbedaan inilah yang membuat masing masing media massa memiliki karakteristik tersendiri.
1.       Auditori
Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari radio siaran radio untuk didengar. Karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bias meminta kepada komunikasi atau penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut,kecuali ia merekamnya.

2.       Radio Is The Now
Ditinjau dari nilai aktualitas berita, mestinya radio siaran dibandingkan dengan media massa lainnya adalah yang paling actual. Radio siaran juga seringkali melakukan liputan dari tempat kejadian.

3.       Imajinatif
Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunkannya untuk berimajinasi.

4.       Akrab
Seorang penyiar radio seolah olah berada di kamar pendengar, menemani pendengar yang sedang belajar atau mengerjakan pekerjaan kantor, dan mengingatkan pendengar. Dengan akrab dan cekatan ia menghidangkan acara acara yang bervariasi.

5.       Gaya Percakapan
Dibuat sesimple mungkin, dibuat se singkat mungkin, namun tetap dibuat kesan yang berkelas, inilah yang dituturkan Newsom pada bukunya dan ini juga termasuk dalam rumus rumus penulisan berita radio.
Penyampaian pesannya pun harus bergaya percakapan. Karena itu, menulis naskah radio siaran haruslah sebagaimana kita berbicara kepada khalayak.

6.       Menjaga Mobilitas
Kita jarang mendengarkan acara radio dengan cara duduk dan mendekatkan ketelinga pada pesawat radio. Pada ummnya kita mendengarkan radio sambil melakukan aktivitas lain.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto,Elvinaro. Komala,Lukitati.Karlinah,Siti,2014.Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post