Ketika
radio memasyarakatkan pertama kalinya di barat tahun 1930-an, ada kehawatiran,
khusunya di kalangan pengelola surat kabarm bahwa radio akan menyurutkan surat
kabar yang sudah mentradisi sejak abad ke 17. Diprediksi tiras surat kabar akan
menurun, sementara pengguna radio akan meningkat. Namun Nyatanya, Surat kabar
berkembang terusm begitu juga radio, hingga saat ini. Ketika telveisi menyebar
pula di belahan bumi yang sama di tahun 1950an, timbul kecmasan serupa bahwa TV
akan menggantikan radio. Diduga saat itu jumlah pendengar radio akan berkurang
karna mereka beralih ke TV yang sifatnya tidak hanya dapat mendengar namun juga
dapat melihat.
Di Indonesia sendiri sudah melahirkan beberapa stasiun tv yang cukup banyak namun hanya beberapa yang di nasionalkan . Namun terdapat satu Televisi nasional yang sifatnya Negri (Milik Negara) yang regionalnya hampir ada di berbagai provinsi yaitu TVRI (Telvisi Republik Indonesia) .
Di Indonesia sendiri sudah melahirkan beberapa stasiun tv yang cukup banyak namun hanya beberapa yang di nasionalkan . Namun terdapat satu Televisi nasional yang sifatnya Negri (Milik Negara) yang regionalnya hampir ada di berbagai provinsi yaitu TVRI (Telvisi Republik Indonesia) .
Perkembangan
televisi pun sangatlah maju, dari pertamakali muncul di dunia tepatnya di
jerman pada tahun 1928 ,dari pertama kali menyajikan siaran tanpa warna (hitam
putih) , hingga sekarang tersebar di berbagai belahan dunia dengan tidak hanya
menampilkan siaran berwarna namun juga dapat diakses dimanapun kapanpun (media
online).Namun begitu,walaupun diluncurkan pertama kali di Jerman, televisi
ternyata ditemukan oleh seorang peneliti asal Amerika yaitu J.L Baird &
C.F. Jenkins.
Namun banyak pihak yang tidak menyetujui bila Televisi ditemukan oleh dua orang saja, karna bisa dikatakan televise adalah hasil penemuan massal yang melanjutkan penemuan penemuan sebelumnya yang berkaitan dengan radio.
Namun banyak pihak yang tidak menyetujui bila Televisi ditemukan oleh dua orang saja, karna bisa dikatakan televise adalah hasil penemuan massal yang melanjutkan penemuan penemuan sebelumnya yang berkaitan dengan radio.
Perkembangan
dari teknologi ini bukan lagi karna hiburan, namun juga karna kebutuhan. Pada
televisi era modern sekarang khususnya Stasiun TV Swasta yang banyak sekali
menawarkan iklan , program kuis, bahkan hingga kebutuhan politik. Banyak sekali
pelaku pelaku politik yang memanfaatkan televisi sebagai ajang promosi diri
untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Bisa dibilang, hal ini tidak banyak
terjadi di Negara engara maju dan dapat disimpulkan bahwa kualitas
pertelevisian Indonesia masilah terbilang jauh dari kata maju.
Namun disisi lain TVRI sebagai satu satunya televisi negri di Indonesia masih kekeh memegang prinsipnya untuk tidak dan tidak akan pernah membela,mendukung,mempromosikan figure atau tokoh atau kelompok yang tidak ada untungnya bagi masyarakat.
Namun disisi lain TVRI sebagai satu satunya televisi negri di Indonesia masih kekeh memegang prinsipnya untuk tidak dan tidak akan pernah membela,mendukung,mempromosikan figure atau tokoh atau kelompok yang tidak ada untungnya bagi masyarakat.
Bagi
sebagian orang TVRI tampaknya semakin Kampungan dan Kesepian setelah muncul
banyaknya TV swasta dalam decade 1990-an. Pandangan itu terasa benar bagi warga
kota yang sok modern, yang punya kebutuhan kebutuhan hidup yang berbeda dengan
penduduk desa. Sebagai orang kota kita mungkin merasa bahwa siaran TV swasta
lebih cocok dengan selera kita. Namun, Sadarkah kita bahwa mayoritas penduduk
indoensia masih tinggal di pedesaan, sadarkah bahwa siaran di tv swasta kurang
pas dengan sifat kehidupan penduduk desa, apalagi siaran iklannya.
Dalam kaitan inilah , TVRI sebenarnya masih punya peluang untuk tetap eksis dan percaya diri di hadapan TV swasta, yaitu dengan melihat masyarakat pedesaan sebagai pemirsanya yang potensial,terutama mereka yang belum terjamah oleh TV swasta. Melalui program program penerangan, pendidikan dan hiburan yang tidak mengobral kekerasan dan seks, TVRI dapat memelihara atmosfer kehidupan desa dan tidak mencemarinya dengan nilai nilai yang merusak. Sebenarnya,bukan tidak mungkin dengan siaran alternatifnya itu TVRI justru meningkatkan semangat membangun masyarakat desa.
Dalam kaitan inilah , TVRI sebenarnya masih punya peluang untuk tetap eksis dan percaya diri di hadapan TV swasta, yaitu dengan melihat masyarakat pedesaan sebagai pemirsanya yang potensial,terutama mereka yang belum terjamah oleh TV swasta. Melalui program program penerangan, pendidikan dan hiburan yang tidak mengobral kekerasan dan seks, TVRI dapat memelihara atmosfer kehidupan desa dan tidak mencemarinya dengan nilai nilai yang merusak. Sebenarnya,bukan tidak mungkin dengan siaran alternatifnya itu TVRI justru meningkatkan semangat membangun masyarakat desa.
Terdapat
bebearapa hal yang tidak disupport/didukung oleh beberapa ahli terhadap siaran
TV swasta, dan hal yang paling mencolok iyalah Periklanan yang ada di siaran TV
swasta.
Ditegaskan oleh salah satu ahli, Cees Hamelink (1983), TV yang melakukan siaran hampir sepanjang hari (24jam),sering tidak layak bagi Negara Negara berkembang yang utama terdiri dari pedesaan. TV berguna hanya bagi sekelompok kecil elite perkotaan, ia memberikan prioritas mengenai pelayanan social bagi mereka alih alih bagi massa petani di pedesaan, yang seharusnya menerima perioritas lebih tinggi dalam pembangunan nasional. TV lebih sering diarahkan untuk pemenuhan konsumsi yang canggih alih alih sebagai solusi bagi problem problem utama kemasyarakatan. Bahkan acara acara tertentu justru dapat dijadikan tempat pelarian dari problem problem yang seharusnya diselesaikan.
Sementara itu, iklan iklan TV swasta dengan gencar menawarkan berbagai produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan fisik yang sifatnya sementara :alat kecantikan, makanan dan minuman, pakaian, dan kendaraan, yang umumnya hanya dapat dijangkau oleh keluarga keluarga berada. Iklan TV memperkokoh mitos mitos budaya saling kuat, yakni pentingnya daya tarik fisik dan usia muda, bagi kaum wanita khusunya. “BILA KITA MEMBELI PRODUK INI, MAKA KITA AKAN TAMPAK MUDA DAN MENARIK SEPERTI MODEL IKLAN INI” contoh iklan. Menjadi tua dianggap hal yang buruk dan tidak diharapkan.
TV menciptakan harapan para pemirsa,berdasarkan asumsi bahwa standar hidup di negeri ini adalah standar hidup kelas menengah atau yang lebih baik,seeprti hidup model model iklan yang mewah, namun apakah semua penikmat siaran tv swasta adalah masyarakat yang dapat memenuhi semua kebutuhannya secara mewah. Hal ini yang dapat menimbulkan konflik social dikalangan masyarakat kelas menengah kebawah yang merasa tersinggung akan hal hal mewah yang ditawarkan siaran tv (Jamieson dan Campbell,1992).
Ditegaskan oleh salah satu ahli, Cees Hamelink (1983), TV yang melakukan siaran hampir sepanjang hari (24jam),sering tidak layak bagi Negara Negara berkembang yang utama terdiri dari pedesaan. TV berguna hanya bagi sekelompok kecil elite perkotaan, ia memberikan prioritas mengenai pelayanan social bagi mereka alih alih bagi massa petani di pedesaan, yang seharusnya menerima perioritas lebih tinggi dalam pembangunan nasional. TV lebih sering diarahkan untuk pemenuhan konsumsi yang canggih alih alih sebagai solusi bagi problem problem utama kemasyarakatan. Bahkan acara acara tertentu justru dapat dijadikan tempat pelarian dari problem problem yang seharusnya diselesaikan.
Sementara itu, iklan iklan TV swasta dengan gencar menawarkan berbagai produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan fisik yang sifatnya sementara :alat kecantikan, makanan dan minuman, pakaian, dan kendaraan, yang umumnya hanya dapat dijangkau oleh keluarga keluarga berada. Iklan TV memperkokoh mitos mitos budaya saling kuat, yakni pentingnya daya tarik fisik dan usia muda, bagi kaum wanita khusunya. “BILA KITA MEMBELI PRODUK INI, MAKA KITA AKAN TAMPAK MUDA DAN MENARIK SEPERTI MODEL IKLAN INI” contoh iklan. Menjadi tua dianggap hal yang buruk dan tidak diharapkan.
TV menciptakan harapan para pemirsa,berdasarkan asumsi bahwa standar hidup di negeri ini adalah standar hidup kelas menengah atau yang lebih baik,seeprti hidup model model iklan yang mewah, namun apakah semua penikmat siaran tv swasta adalah masyarakat yang dapat memenuhi semua kebutuhannya secara mewah. Hal ini yang dapat menimbulkan konflik social dikalangan masyarakat kelas menengah kebawah yang merasa tersinggung akan hal hal mewah yang ditawarkan siaran tv (Jamieson dan Campbell,1992).
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyana,Deddy.
Komunikasi Populer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar